HALAL TAPI TIDAK GREEN: PARADOKS SUPPLY CHAIN SYARIAH INDONESIA DI KANCAH GLOBAL

 



Oleh : 

Prof. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., CMILT.
Guru Besar Supply Chain Management - ULBI
Master of Logistics Management Department

Dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2023/2024, Indonesia berhasil naik peringkat ke posisi ketiga dunia, yang sebelumnya berada di posisi keempat, dalam ekosistem ekonomi halal, mengungguli banyak negara lainnya. Namun ironisnya, di sektor halal supply chain, Indonesia masih kalah bersaing dibanding Malaysia dan Uni Emirat Arab yang lebih dulu menerapkan standar supply chain halal yang ketat. Pertanyaannya: Bagaimana mungkin negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia belum menjadi pemimpin utama dalam sistem supply chain halal global? Dengan potensi besar di sektor halal food and beverage, halal tourism, muslim fashion, halal media and recreation, hingga halal pharmaceuticals and cosmetics, seharusnya Indonesia mampu menjadi raksasa halal yang sesungguhnya. Kini saatnya Indonesia bukan hanya berbicara tentang peluang, tetapi membangun kekuatan nyata untuk memimpin dunia melalui halal supply chain yang ramah lingkungan, tangguh, dan berstandar internasional.

Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor halal, negara ini belum sepenuhnya mengoptimalkan pengelolaan rantai pasok halal di tingkat global. Dalam SGIE Report 2023/2024, Indonesia mencatatkan skor indeks halal supply chain sebesar 80,1, meningkat dari skor 68,5 pada tahun sebelumnya. Namun, skor ini masih tertinggal dibandingkan Malaysia, yang mempertahankan posisinya di puncak dengan skor 193,2 berkat penerapan standar logistik halal yang komprehensif seperti Halal Logistics Standards (MS 2400).  Selain itu, data dari Bank Indonesia pada tahun 2023 menunjukkan bahwa hanya sekitar 30% industri halal di Indonesia yang mengadopsi prinsip supply chain halal berbasis sertifikasi. Ini mencerminkan adanya kesenjangan serius antara produksi produk halal dan pengelolaan rantai pasok yang sesuai dengan standar internasional. Tanpa adanya sertifikasi supply chain yang kuat, kepercayaan pasar global terhadap produk Indonesia bisa terganggu, yang pada gilirannya menghambat peluang ekspor dan melemahkan daya saing Indonesia di pasar ekonomi halal dunia yang kini berkembang begitu pesat, seperti yang diungkapkan dalam studi  Sadiyah dan Erawati (2024). Dengan demikian, penting bagi Indonesia untuk memastikan manajemen dan sertifikasi rantai pasokan halal yang efektif, yang menurut Hasan (2021) akan menjadi kunci untuk memperkuat posisi global Indonesia di sektor halal dan memanfaatkan peluang besar yang terus muncul di pasar internasional.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia perlu segera mengintegrasikan halal supply chain berbasis green resilient supply chain agar mampu memenangkan persaingan global. Studi McKinsey tahun 2024 memperkirakan bahwa produk halal yang mengedepankan prinsip keberlanjutan (green sustainability) akan tumbuh 8% lebih cepat di pasar Eropa dan Timur Tengah dibandingkan produk halal konvensional. Salah satu contoh nyata datang dari PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL), melalui anak usahanya PT Multi Terminal Indonesia (MTI), yang telah memperoleh sertifikasi halal dari LPPOM MUI dan BPJPH untuk layanan cold storage dan distribusi. Fasilitas mereka di Tanjung Priok dilengkapi dengan teknologi pendingin ramah lingkungan dan sistem pemantauan suhu otomatis berbasis digital, serta armada distribusi yang seluruhnya telah mendapat sertifikasi halal. Langkah ini menunjukkan bahwa integrasi prinsip halal dan keberlanjutan tidak hanya meningkatkan daya saing Indonesia, tetapi juga memenuhi dua tuntutan besar masa kini: menjaga kesucian produk dan melindungi bumi. Inilah momentum emas bagi Indonesia untuk membangun diferensiasi yang tidak dimiliki banyak negara lain — sebuah lompatan besar dari sekadar "halal" menjadi "halal dan green sustainability.

Membangun Kepemimpinan Green Halal

Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi pemimpin global dalam halal supply chain, tetapi hanya jika berani melakukan transformasi besar-besaran. Langkah pertama adalah memperkuat standar nasional halal logistics, mendorong adopsi sertifikasi halal supply chain secara luas, serta mempercepat digitalisasi sistem logistik untuk menjamin transparansi dan ketertelusuran produk. Tidak kalah penting, prinsip green resilient supply chain harus menjadi fondasi utama, dengan insentif bagi industri yang mengedepankan keberlanjutan dalam operasional mereka. Jika Indonesia serius membangun sistem halal yang bersih, green, dan inovatif, maka negara ini tidak hanya akan menguasai pasar domestik, tetapi juga memperluas pengaruhnya ke pasar halal global yang bernilai triliunan dolar.

Kini, dunia menunggu siapa yang akan memimpin era baru halal economy yang berkelanjutan. Indonesia berada di persimpangan penting: tetap menjadi pemain besar tanpa kendali, atau naik kelas menjadi arsitek utama ekonomi halal dunia. Ini adalah momentum yang terlalu berharga untuk dilewatkan. Pemerintah, industri, dan masyarakat perlu bersinergi membangun ekosistem halal yang tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga menyiapkan generasi masa depan. Dengan menggabungkan kekuatan halal dan green supply chain, Indonesia bisa menegaskan kepada dunia: kita bukan sekedar bagian dari perubahan — kita adalah poros peradaban halal dunia.


 "LET'S JOIN ULBI"

Informasi lebih lanjut mengenai program studi unggulan di ULBI dapat dilihat langsung melalui situs resminya di www.ulbi.ac.id.  

Learn more by visiting : 

https://admission.ulbi.ac.id/    

https://admission.ulbi.ac.id/s2-magister-manajemen-logistik/

 #SGIE; #Green Halal; #Green Halal Supply Chain; #Green Resilient Supply Chain; #Resilience; #Sustainability; #Rantai Pasok; #ULBIAcademia; #PenaAkademikULBI; #EdukasiULBI; #OpiniAkademik; #ArtikelAkademik; #SEO; #DigitalMarketing

© ‧ Universitas Logistik dan Bisnis Internasional (ULBI). All rights reserved.

Template Blogger Indonesia